Malang, Suaragong – Kota Malang kembali menunjukkan tajinya di dunia pendidikan dengan inovasi keren dari SMPN 2 Kota Malang, yaitu Sinau Mandiri Bersama Anak Satwimaba Istimewa atau yang lebih dikenal dengan SIMBA ASIA. Inovasi ini mendapat apresiasi positif dari tim penilai pemantauan Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi (PKRI). Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, memberikan dukungan penuh dan optimis SIMBA ASIA bisa masuk lima besar di ajang bergengsi PKRI.
Kenapa SIMBA ASIA Bikin Wahyu Hidayat Optimis?
Menurut Wahyu Hidayat, inovasi SIMBA ASIA bukan hanya sebuah program, tapi sebuah solusi dari hulu ke hilir yang berdampak positif bagi masyarakat, terutama bagi siswa dengan kebutuhan khusus. Program ini resmi dilaksanakan sejak 2023, namun konsepnya sudah mulai diterapkan sejak 2022.
“Saya yakin, inovasi ini akan mendapatkan prestasi karena dampaknya yang nyata bagi para peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus.” Ujar Wahyu.
Respons Terhadap Kebutuhan Siswa Istimewa
Riatiningsih, Kepala SMPN 2 Kota Malang, menjelaskan bahwa SIMBA ASIA lahir dari kebutuhan nyata siswa istimewa yang memerlukan pendampingan khusus. Dari hasil asesmen, teridentifikasi ada 17 anak istimewa yang memerlukan bantuan lebih dalam hal baca tulis, berhitung, dan slow learner.
“Awalnya, orang tua siswa sulit menerima kenyataan bahwa anaknya termasuk istimewa. Namun, kami memberikan pengertian dan sekarang mereka mendukung penuh program ini.” Cerita Ria.
Dua Pilar Utama SIMBA ASIA: Kemandirian dan Sahabat Siswa
Dalam inovasi SIMBA ASIA, ada dua hal utama yang ditekankan: pembekalan kemandirian dan adanya Sahabat Siswa. Siswa dilatih melakukan kegiatan sederhana seperti memasang kancing, menjahit, menggoreng telur, dan menyeterika, agar mereka bisa lebih mandiri.
“Kita latih hal-hal sederhana sehari-hari, biar mereka bisa mandiri.” Tambah Ria.
Selain itu, program ini melibatkan siswa lain untuk menjadi Sahabat Siswa, mendampingi teman-temannya yang berkebutuhan khusus.
“Awalnya kami merekrut Sahabat Siswa, tapi sekarang banyak yang sukarela ikut. Mereka membantu teman-temannya yang biasanya menyendiri, malu, atau sering di-bully.” Jelas Ria.
Pembelajaran Inklusif dan Differensiasi
Tidak ada perbedaan materi pembelajaran antara siswa inklusi dan reguler di SMPN 2 Kota Malang. Namun, guru memberikan diferensiasi dalam cara penyampaian dan penilaian.
“Tujuan pembelajarannya sama, tapi cara mengajarkannya berbeda dan kami berikan pendampingan lebih.” Ungkap Ria.
Komitmen Disdikbud Kota Malang
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, Suwarjana, menegaskan komitmen untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada semua siswa tanpa membedakan kondisi mereka. Meskipun ada keterbatasan guru pendamping khusus (GPK), Disdikbud Kota Malang terus mencari solusi melalui inovasi seperti SIMBA ASIA.
“Kami tidak bisa menolak siswa istimewa, jadi harus tetap menerima dan mengajar mereka. Meskipun GPK terbatas, kami tetap berusaha memberikan yang terbaik. Alhamdulillah, guru-guru di Kota Malang bekerja luar biasa.” Tutup Suwarjana, mengapresiasi dedikasi para guru.
Baca juga : Wahyu Hidayat Tampil dengan Setelan Hitam di Rapat Paripurna
Harapan ke Depan
Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat dan Disdikbud Kota Malang, diharapkan SIMBA ASIA bisa terus berkembang dan memberikan dampak positif yang lebih besar lagi. Semoga inovasi ini bisa menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain dan membantu siswa-siswa istimewa di seluruh Indonesia mendapatkan pendidikan yang setara dan berkualitas. (fat/rfr)
Comments 2