MALANG, SUARAGONG.COM – Pembangunan wilayah Malang Raya, yang mencakup Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang, menghadapi tantangan besar yang tidak dapat diatasi oleh masing-masing daerah secara terpisah. Ego sektoral yang mengakar di antara ketiga daerah menjadi penghambat utama dalam pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mengatasi masalah ini, Universitas Brawijaya (UB) menginisiasi sebuah mimbar akademik dengan tema “Sinergi Pembangunan Malang Raya,” yang dilaksanakan pada Jumat, 1 November 2024, di Auditorium UB. Kegiatan ini dihadiri oleh calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dari ketiga wilayah tersebut.
Ketua pelaksana kegiatan, Dr. M. Lukman Hakim, SIP, MSi., menjelaskan bahwa tujuan utama dari mimbar akademik ini adalah untuk mendorong sinergi di antara calon pemimpin daerah. Ia menekankan bahwa isu-isu yang dihadapi Malang Raya tidak bisa diselesaikan oleh satu daerah saja. Sebagai contoh, masalah kekeringan yang melanda Kota Malang bukan hanya masalah lokal, melainkan juga berkaitan dengan kondisi hulu di Kota Batu.
“Kekeringan di Kota Malang, di mana banyak sumur kering, perlu diatasi dengan memperhatikan hulu di Kota Batu. Ini menunjukkan betapa pentingnya kerjasama antar daerah dalam menyelesaikan masalah yang kompleks.” Ungkap Lukman.
Dengan pemahaman ini, diharapkan para calon kepala daerah dapat menyusun rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) yang sinergis dan komprehensif.
Komitmen Paslon Melalui Pakta Sinergitas
Dr. Lukman menambahkan bahwa dalam upaya ini, UB telah menyiapkan pakta sinergitas, di mana setiap pasangan calon (paslon) berkomitmen untuk bekerja sama dalam perencanaan pembangunan.
“Pakta sinergitas ini adalah langkah awal untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kolaborasi. Terutama mengingat ego sektoral yang masih kuat.” Jelasnya.
Melalui pakta ini, diharapkan calon pemimpin menyadari bahwa pembangunan yang efektif memerlukan sinergi lintas daerah.
Kegiatan mimbar akademik ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk forum rektor, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Malang Raya, serta mahasiswa dari UB. Acara ini dibagi menjadi dua sesi. Pada sesi pertama, setiap paslon diberikan waktu lima menit untuk mempresentasikan gagasan mereka. Sesi kedua ditujukan untuk memberikan kesempatan bagi paslon dari daerah lain untuk memberikan tanggapan atau merespons gagasan tersebut.
“Penting untuk dicatat bahwa respons yang diberikan harus berasal dari calon yang tidak berasal dari daerah yang sama. Ini akan mendorong perspektif yang lebih luas dan kolaboratif.” Kata Lukman.
Baca juga: Debat Perdana Calon Wali Kota Malang Memanas!
Harapan Adanya Sinergitas untuk Malang Raya
Dengan format ini, diharapkan setiap calon dapat belajar dari ide-ide yang disampaikan oleh rekan-rekannya. Serta merumuskan strategi yang lebih baik untuk pembangunan Malang Raya.
Antusiasme calon kepala daerah terlihat jelas meskipun persiapan acara berlangsung cukup singkat.
“Kami melihat keinginan yang besar dari mereka untuk berkolaborasi. Yang dibutuhkan sekarang adalah fasilitasi dari institusi yang dianggap netral.” Ujar Dr. Lukman.
Dalam konteks ini, kampus seperti UB berperan penting sebagai wadah untuk menciptakan dialog konstruktif tanpa nuansa persaingan.
Mimbar akademik ini bukan sekadar forum debat, melainkan sebuah kesempatan untuk membangun kesepahaman dan kesepakatan antara calon pemimpin daerah tentang pentingnya sinergi. Dengan mengedepankan kolaborasi, Malang Raya diharapkan dapat menghadapi berbagai tantangan pembangunan dengan lebih efektif dan efisien.
Akhirnya, harapan besar diletakkan pada para calon kepala daerah untuk menyadari dan mengimplementasikan prinsip-prinsip sinergi dalam kebijakan dan program yang mereka rencanakan. Dengan begitu, pembangunan di Malang Raya dapat berjalan harmonis, menguntungkan seluruh masyarakat, dan menjawab tantangan yang ada dengan cara yang lebih terintegrasi. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal dalam perjalanan menuju pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif di Malang Raya. (rfr)