Batu, Suaragong – Upaya Pemkot Batu melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu dalam menangani permasalahan sampah. Dengan cara mengurangi volume gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tlekung melalui penggunaan tiga unit incenerator. Namun penggunaan alat tersebut masih belum terealisasi secara maksimal.
Keterbatasan SDM: Penggunaan Tiga Unit Incenerator Kurang Maksimal
Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang belum memadai serta kapasitas incenerator. Hal tersebut menjadi penyebab kurang maksimal upaya mengurangi gunungan sampah di TPA Tlekung.
Hal tersebut diungkapkan salah satu petugas di TPA Tlekung, Didik. Ia mengungkapkan bahwa penggunaan incenerator saat ini lebih berfokus pada pengolahan sampah perkotaan. Sementara gunungan sampah lama yang sudah tercampur dengan tanah belum dapat tersentuh.
“Penyebabnya yaitu keterbatasan jumlah pekerja dan volume kapasitas incenerator. Menjadi kendala utama dalam mengatasi masalah sampah yang terus menumpuk. Saat ini, gunungan sampah lama belum bisa diatasi karena sudah tercampur dengan tanah. Dan kami terbatas pada SDM serta volume incenerator yang bekerja serta cuma mampu mengolah sampah perkotaan dalam jumlah terbatas.” Ujarnya, Kamis 12 September 2024.
21 Pekerja di TPA Tlekung
Terlebih, saat ini hanya terdapat 21 pekerja yang bertugas di TPA Tlekung. Ditambah dengan dukungan 7 armada pengangkut sampah yang setiap hari beroperasi untuk mengambil sampah dari berbagai wilayah perkotaan. Termasuk dari pasar laron dan area pembuangan sembarangan.
“Namun, dengan jumlah pekerja dan armada yang terbatas, pengolahan sampah tidak bisa dilakukan secara maksimal dalam satu hari. Kami memiliki 7 armada yang beroperasi setiap hari untuk mengambil sampah dari kota. Namun kadang-kadang sampah yang diambil tidak dapat diolah dalam waktu satu hari. incenerator harus mengolah sampah campuran, baik organik, anorganik, hingga sampah residu.” Tuturnya.
Tantangan di Musim Hujan
Salah satu kekhawatiran terbesar adalah ketika musim hujan tiba karena mesin incenerator bekerja lebih berat saat mengolah sampah basah. Kondisi tersebut memperlambat proses pembakaran. Hal ini menjadi tantangan tersendiri, terutama karena sampah dari pasar cenderung lebih banyak berupa sampah basah yang sulit diolah dengan cepat.
“Sampah pasar cenderung basah, sehingga kami khawatir saat musim hujan nanti, kerja incenerator akan semakin berat. Itulah mengapa beberapa kali sampah pasar harus ditolak,” katanya.
Kondisi Incenerator
Saat ini, dari tiga unit incenerator yang tersedia, hanya dua yang beroperasi. Satu unit incenerator sedang dalam proses pembersihan dan pembenahan secara berkala untuk memastikan mesin dapat beroperasi lebih lama.
“Sebenarnya untuk mengatasi masalah sampah di TPA Tlekung, penggunaan teknologi incenerator dianggap sebagai langkah yang efektif dalam mengurangi volume sampah, tetapi keterbatasan dalam hal SDM dan kapasitas mesin masih menjadi tantangan besar,” katanya. (mf)