- SUARAGONG.COM – Nurochman atau Cak Nur merupakan salah satu kandidat Cawali Kota Batu di Pilkada 2024. Dimana beliau menjadi salah satu yang patut diperhitungkan. Dengan berbagai dedikasi, kerja keras dan kontribusinya untuk Kota Batu selama ini.
Latar Belakang Nurochman atau Cak Nur
Mantan pekerja honorer di Pemerintah Kota (Pemkot) Batu itu juga pernah bekerja sebagai juru sapu di salah satu hotel. Kini menjadi salah alah satu kandidat calon wali kota, berpasangan dengan Heli Suyanto politisi Partai Gerindra. Cak nur memiliki latar belakang yang sangat sederhana, pasalnya dirinya berasal dari anak seorang petani biasa.
Sejauh ini karier politik Cak Nur menjadi salah satu sosok yang patut diperhitungkan sebagai calon pemimpin Kota Batu dilalui penuh tantangan dan tidak mudah, membuktikan bahwa kepemimpinan tidak selalu harus lahir dari kalangan elit.
Dedikasi, kerja keras, dan integritas membuatnya mampu menatap Balai Kota dengan penuh percaya diri. Pria berusia 55 tahun asal Desa Sumberejo ini memulai karirnya dari bawah.
Kisah yabg Bermula Dari Tahun 1995
Saat berada di kediamannya, Cak Nur sempat menceritakan kisahnya dimulai pada tahun 1995 sampai 2004. Dimana ketika ia bekerja sebagai tukang sapu area luar kamar, room boy, front office bagian resepsionis. Sampai pada ia terpilih sebagai ketua serikat pekerja di Hotel Victory Batu.
Namun, semangatnya untuk mencari peluang baru tidak berhenti di sana. Pada tahun 2004, Cak Nur beralih profesi menjadi seorang wirausahawan kecil-kecilan. Ia mengelola sayuran organik selama setahun, sebelum kemudian beralih ke budidaya jamur tiram putih dari 2005 hingga 2007. Pengalamannya dalam sektor agrikultur ini membentuk pemahamannya tentang ketahanan pangan, yang kelak menjadi salah satu fokusnya dalam karir politik.
Penjabat (PJ) Kepala Desa Sumberejo
Selanjutnya, Cak Nur juga pernah dipercaya menjadi Penjabat (PJ) Kepala Desa Sumberejo pada tahun 2006 hingga 2007 karena dedikasinya aktif berkegiatan di organisasi dan kemasyarakatan. Dia dijadikan Pj setelah Wali Kota Batu kala itu almarhum Imam Kabul mengutusnya.
Kemudian, usai Imam Kabul meninggal dunia pada tahun 2007, Cak Nur akhirnya menjadi tenaga honorer di Badan Perencanaan Daerah (Bapeda). Selama 5 tahun di Bapeda, Cak Nur merasa menempuh kuliah jurusan pemerintahan.
“Menjadi staf di Bapeda adalah pengalaman berharga bagi saya. Seperti kuliah jurusan pemerintahan, karena di Bapeda saya bisa mengetahui dan memahami bagaimana merumuskan serta melakukan perencanaan kebijakan pemerintah daerah,” ujarnya, Jumat 6 September 2024.
Masuk Dunia Politik
Saat bersamaan, Cak Nur yang dikenal sudah aktif di dunia politik bergabung di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pada tahun 2010, Cak Nur diangkat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PKB Batu, meski saat itu partainya belum memiliki pengaruh besar di kancah politik lokal.
Namun, berkat kerja keras dan jiwa kepemimpinannya, ia berhasil membesarkan PKB Batu hingga menjadi salah satu kekuatan politik utama.
Tetapi, sekali lagi, perjalanan Cak Nur dalam membangkitkan PKB di Kota Batu tentu sangat berat. Dari kondisi partai yang sempat tenggelam tanpa kursi legislatif pada 2009, ia berhasil membawa PKB menjadi kekuatan dominan di Kota Batu.
“Tahun 2009 adalah masa sulit bagi PKB Kota Batu, tidak ada satu pun kursi legislatif yang diraih pada Pemilu saat itu, dan kondisi partai bisa diibaratkan sebagai perahu rusak yang hampir karam,” kenangnya.
Memiliki Potensi Besar
Namun, DPW PKB Jawa Timur melihat potensi besar dalam diri Cak Nur, yang dinilai aktif, loyal, dan totalitas dalam bekerja. Atas dasar itulah, pada tahun 2010, ia ditunjuk untuk memimpin DPC PKB Batu di masa transisi yang penuh tantangan. Masa itu sangat sulit, PKB seperti kapal rusak yang karam di laut. Tidak mungkin mundur dan harus terus maju.
Dirinya pun diharuskan berfikir agar kapal bisa kembali utuh lagi dan minimal bisa menepi ke pantai, kenangan itu masih nampak jelas dipikirannya. Dengan semangat pantang menyerah, ia mulai merumuskan strategi untuk menyelamatkan partai dari kehancuran. (Mf/sg).