Suaragong – Candi Jago merupakan salah satu peninggalan sejarah yang penting di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini berjarak sekitar 22 km dari Kota Malang. Dibangun pada abad ke-13, Candi Jago merupakan contoh penting dari arsitektur dan seni Hindu-Buddha di Indonesia.
Menurut kitab Negarakertagama pupuh 41:4 dan Pararaton, nama Candi Jago sebenarnya berasal dari kata “Jajaghu,” yang berarti ‘keagungan’ dalam bahasa Kawi. Candi ini dibangun untuk menghormati Raja Wisnuwardhana, raja ketiga dari Kerajaan Singhasari. Pembangunan candi ini mencerminkan kehormatan dan kekaguman terhadap pemimpin kerajaan pada masa itu.
Candi Jago memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan candi-candi lainnya di Indonesia. Candi ini merupakan candi yang berlatar belakang agama Buddha Tantrayana. Salah satu ciri khas dari Buddha Tantrayana adalah adanya arca Amoghapasa yang merupakan bentuk dari Avalokitesvara bersama pengiring-pengiringnya. Arca ini adalah perwujudan dari Raja Wisnuwardhana, yang meninggal pada tahun 1190 Saka (1280 Masehi).
Bangunan Candi Jago terbuat dari batu andesit dan memiliki ukuran keseluruhan sekitar 23,71 meter panjang, 14 meter lebar, dan 9,97 meter tinggi. Struktur candi ini unik karena bagian atasnya telah rusak parah, diduga karena tersambar petir.
Bangunan Candi Jago
Candi ini memiliki tiga teras yang mendukung bangunan utamanya, dan bagian depan teras menjorok ke luar. Atap dan sebagian badan candi telah hilang. Sehingga bentuk asli atapnya masih menjadi misteri. Beberapa dugaan menunjukkan bahwa bentuk atap Candi Jago mungkin mirip dengan Meru atau Pagoda.
Di dinding luar kaki candi, terdapat relief-relief yang menggambarkan berbagai cerita. Seperti Khresnayana, Parthayana, Arjunawiwaha, Kunjarakharna, dan fabel. Untuk melihat urutan cerita, pengunjung perlu berjalan mengelilingi candi searah jarum jam (pradaksina).
Di sudut kiri barat laut candi, terdapat relief yang menggambarkan cerita binatang, mirip dengan cerita Tantri. Sedangkan di dinding depan terdapat fabel mengenai kura-kura yang diterbangkan oleh seekor angsa.
Di sudut timur laut, terdapat cerita Buddha yang menggambarkan Yaksa Kunjarakarna yang mempelajari ajaran Buddha dari dewa tertinggi, Wairocana. Cerita ini menggambarkan perjalanan spiritual Kunjarakarna dalam upaya untuk menjelma menjadi manusia setelah mematuhi ajaran Buddha.
Pada teras ketiga, terdapat relief cerita Arjunawiwaha yang menggambarkan pernikahan Arjuna dengan Dewi Suprabha sebagai hadiah dari Bhatara Guru setelah mengalahkan raksasa Niwatakawaca. Relief pada badan candi relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kaki candi, dan sebagian besar menggambarkan adegan peperangan antara Raja Kalayawana dan Krishna.
Baca juga: 5 Rekomendasi Tempat Bersejarah di Kota Malang yang Wajib Didatangi
Saat ini, Candi Jago adalah situs warisan budaya yang dilindungi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur. Candi ini merupakan contoh penting dari arsitektur dan seni masa lalu, serta memberikan wawasan tentang sejarah dan kepercayaan pada masa kerajaan Singhasari.
Sebagai salah satu situs budaya yang berharga, Candi Jago terus menarik perhatian para peneliti, sejarahwan, dan wisatawan yang tertarik pada sejarah dan budaya Indonesia. (Ind/rfr)